chatting yuk.....!!!

Pages

Kamis, 22 April 2010

Teknik Kepanitiaan dan Management Organisasi (plus Kreativitas)

Teknik Kepanitiaan
dan Management Organisasi (plus Kreativitas)

Pengertian panitia menurut bahasa adalah sekumpulan beberapa orang yang diberi tugas mengurus sesuatu pekerjaan.

Urutan kerja kepanitiaan suatu kegiatan/program adalah :
1. Munculnya ide/rencana kegiatan/program
2. Rapat awal untuk menyikapi ide/rencana tersebut
3. Pengurusan perizinan pelaksanaan kegiatan
4. Persiapan kegiatan
5. Pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi

1. Munculnya ide/rencana/sebab kegiatan/program
(Bagi officers, ide seharusnya telah diturunkan oversight.)
Sebab munculnya ide/rencana suatu kegiatan dapat berupa :
1. Karena tugas (melaksanakan Idul Adha)
2. Karena adanya moment/kesempatan.
a. Bentuk telah terdefinisi tetapi waktu belum terdefinisi (Ingin melaksanakan Tabligh Akbar)
b. Waktu telah terdefinisi tetapi bentuk belum terdefinisi (Mengisi liburan panjang)
3. Karena adanya tujuan yang ingin dicapai
4. Karena program kerja,
Kegiatan yang dilaksanakan sebaiknya :
- bervariasi dan menarik
Orang akan bosan menghadiri/mengikuti kegiatan yang monoton dan tidak menarik
- frekuensinya relatif sering
- secara terencana mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kolosal dan partisipatif
[Agar ide-ide kegiatan dapat muncul dan dapat diwujudkan, maka markas memiliki nilai yang penting. Markas harus benar-benar menjadi tempat berkumpul sehari-hari setiap ROHANI. Hal ini karena:
1. Ide lebih mudah muncul dari obrolan bersama teman-teman satu fikrah
2. Ide dapat segera ditindaklanjuti (disetujui, direncanakan, dll)
Proses pelahiran ide “dari markas” ini akan memegang peran penting tatkala kita telah go Public.]

2. Rapat awal untuk menyikapi ide/rencana tersebut
Rapat awal adalah menyiapkan ide-ide pokok kegiatan
URUTAN TEKNIK RAPAT AWAL :
a. Persiapan rapat awal, intinya adalah mengusahakan agar seluruh anggota dapat hadir dalam rapat ini. Persiapannya mencakup :
 penentuan waktu dan tempat rapat.
 mengundang seluruh anggota yang terkait untuk hadir dalam rapat.
Keunggulan menggunakan surat :
- mengantisipasi kelupaan orang yang diundang
- beberapa orang akan merasakan pentingnya rapat itu jika diundang secara resmi dengan surat
 jika perlu dapat saja mengadakan hal menarik agar peserta rapat termotivasi untuk datang
Catatan : jangan sampai melupakan seorang pun !!
Persiapan rapat “serumit” ini perlu kita pahami saat kita memimpin jumlah pengurus yang besar (saat go public)

b. Pelaksanaan rapat, hal-hal yang dibahas dalam rapat awal adalah:
 Penentuan deskripsi kegiatan (mencakup bentuk, waktu dan tempat kegiatan yang belum terdefinisi)
Cara yang dapat digunakan :
- dengan diskusi (usul-usul)
- dengan cara Brain Storming. (Lihat tip-tip BS)
Setelah kegiatan terdeskripsi perlu dilakukan SWOT. Hasil SWOT ini akan membantu memutuskan apakah kegiatan ini baik untuk dilaksanakan atau tidak.
PERHATIKAN : Program dan sasaran dari kegiatan ini harus jelas dan terkomunikasi kepada seluruh anggota yang terkait.
 Penentuan kepanitiaan,
Yang pertamakali dipilih dalam kepanitiaan ini adalah ketua panitia.
Seorang ketua panitia hendaknya minimal :
• Memiliki pengetahuan yang cukup akan kegiatan yang akan dilaksanakannya
• Bersikap adil(atas amanat yang diterimanya) dalam memberikan tugas.
Sedangkan anggota yang memilih hendaknya :
1. Memilih ketua tersebut dengan serius.
2. Bersedia taat kepada ketua tersebut, baik dikala mudah maupun dikala sulit.

Dalam struktur kepanitiaan, yang selalu ada adalah : Ketua, sekertaris dan bendahara.
Jika hendak mengadakan wakil ketua, sekertaris I, bendahara I, dsb., hal ini terserah panitia yang juga disesuaikan dengan keadaan.
Adapun seksi-seksi yang diadakan, disesuaikan dengan keadaan juga dan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Seksi-seksi yang diadakan dapat berupa seksi humas, dana usaha, acara, sarana prasarana, perizinan, transportasi, konsumsi, kebersihan, dekorasi, keamanan, publikasi, dokumentasi, dsb.

Yang perlu diperhatikan, hendaknya kepanitiaan ini bersifat padat karya.
Partisipasi seseorang dalam kegiatan suatu organisasi Insya Allah akan berakibat positif bagi tumbuhnya kepercayaan dan loyalitas orang tersebut akan organisasi itu.

Sistem komando (kontrol, evaluasi dan disiplin) seksi-seksi yang ada dapat berupa :
- langsung kepada ketua
- melalui koordinator
Jika SDM yang ada tidak mencukupi jumlah seksi-seksi yang ada, maka seseorang dapat saja menjabat lebih dari satu jabatan di kepanitiaan.

Walaupun telah ada ketua panitia, kepemimpinan tetap bersifat kolektif. Kesalahan seorang panitia akan ditanggung oleh seluruh panitia. Jangan selalu bergantung kepada ketua.

 Pendeskripsian tugas, agar :
• Setiap orang mengerti & jelas akan tugasnya, agar :
- akan mengurangi beban ketua
- dapat bekerja mandiri
- lebih memotivasi orang untuk berkreasi (otonomi)
• Setiap tugas terdelegasikan sehingga tidak ada tugas yang tidak terkerjakan karena lupa (tidak terdeteksi semenjak awal) atau tidak ada yang merasa bertanggung jawab.
Sebagai acuan pendeskripsian tugas panitia, harus diketahui terlebih dahulu hal-hal apa saja yang harus disiapkan guna berlangsungnya acara ini.

 Pembuatan time schedule/daftar waktu kerja
Hal ini membantu evaluasi persiapan kegiatan. Selain itu panitia tidak perlu menunggu perintah ketua untuk bekerja karena telah mengetahui kapan saja ia harus bekerja.
Pedoman pembuatan time schedule dapat merujuk kepada hal-hal apa saja yang harus dilakukan pada tahap persiapan kegiatan.
Standar time schedule ROHANI :
Aktivitas Waktu
I II III IV
A
B

 Penentuan anggaran kegiatan dan cara pemenuhannya.
Biasanya setiap seksi diminta untuk membuat anggaran dana yang dibutuhkan seksi tersebut.
c. Pasca Rapat
Hasil rapat perlu disosialisasikan kepada anggota lainnya yang tidak hadir sewaktu rapat. Hal ini berguna agar setiap anggota merasa ikut bertanggung jawab atas kegiatan ini.

3. Pengurusan perizinan kegiatan
Pengurusan perizinan dapat dibagi dua :
a. Perizinan dengan proposal
Akan sangat membantu dalam tahap perizinan ini jika sejak semula kita telah membina hubungan yang baik dengan pihak pemberi izin.
b. Perizinan dengan surat (dengan melampirkan proposal)
Perizinan dengan surat dilakukan jika dibutuhkan saja.
Perizinan dengan surat dilakukan misalnya untuk peminjaman ruangan atau prasarana, izin keramaian pada polwiltabes, dsb.
Kita memiliki beberapa kegiatan-kegiatan mendasar yang jika perizinannya gagal, kegiatan tersebut harus tetap dilaksanakan. Seperti dauroh dan training. Kegiatan-kegiatan ini adalah kegiatan mendasar ROHANI yang jika diizinkan kita jalankan dengan legal, jika tidak kita tetap laksanakan dengan istilah Under Ground Movement.

2. Persiapan kegiatan
Dalam tahap ini, setiap panitia melaksanakan tugasnya sesuai dengan deskripsi tugas dan time schedule yang telah disepakati sewaktu rapat awal.
Sering timbul masalah-masalah yang belum terantisipasi dalam rapat awal. Karena itu kebersamaan panitia dan evaluasi persiapan sangat penting dalam tahap ini.
Jalur komunikasi dan informasi antar sesama panitia pun cukup penting karena kemungkinan sesama panitia akan sulit bertemu karena memiliki kesibukan dalam tanggung jawabnya yang berbeda. (Mungkin sebuah buku komunikasi akan sangat bermanfaat)
Ketua harus senantiasa memonitor situasi dan mengevaluasi persiapan ini melalui sistem komando yang telah dipilihnya sewaktu rapat awal.
Evaluasi ini adalah baik evaluasi persiapan itu sendiri ataupun pemantauan ghirah panitia. Jika ghirah panitia menurun, maka ketua harus segera mengantisipasinya.
Untuk beberapa jenis kegiatan, perlu adanya technical meeting baik dengan sesama panitia ataupun dengan peserta tidak jauh sebelum pelaksanaan kegiatan untuk mematangkan pelaksaan kegiatan.
Karena dalam pelaksaan kegiatan kemungkinan besar koordinasi antar panitia agak sukar, maka technical meeting disini memainkan peranan yang penting. (Tetapi untuk kegiatan-kegiatan besar non-partisipatif, maka technical meeting adalah urusan teman-teman dari operation)

3. Pelaksanaan Kegiatan
Untuk kegiatan-kegiatan tertentu, pelaksanaan menjadi tanggung jawab Operation.

4. Evaluasi
Evaluasi berguna untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan sesuatu pekerjaan sehingga dengan demikian dapat ditentukan tindakan selanjutnya bagi suatu tujuan.
 Bagi angkatan pelaksananya :
- Untuk mempelajari kekurangan yang terjadi
- agar kelak tidak mengulangi kekurangan yang serupa
- dan dapat mengusahakan agar kegiatan yang mendatang menjadi lebih baik
 Bagi angkatan berikutnya :
- Belajar dari pengalaman angkatan sebelumnya
- Sehingga perbaikan yang dilakukan tidak mulai lagi dari nol
Hal ini dapat terwujudkan hanya jika ada di ROHANI ini suatu sistem evaluasi kegiatan yang rapi yaitu dalam bentuk laporan kegiatan yang terarsipkan.
Hasil evaluasi hendaknya diarsipkan dalam bentuk laporan kegiatan yang sistematis.
Evaluasi disini mencakup evaluasi tahapan persiapan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan dengan evaluasi tiap tahapan kurang lebih terdiri dari:
i. deskripsi pelaksanaan tahapan tersebut
ii. hasil-hasil dari tahapan tersebut
iii. kekurangan, kesalahan, hambatan atau masalah yang terjadi
iv. saran bagi kegiatan selanjutnnya
Tugas :
Oversight telah memutuskan untuk melaksanakan suatu kegiatan bakti social sekaligus untuk menumbuhkan jiwa social dikalangan anggota. Officers diminta untuk melakukan rapat awal teknis-teknis pelaksanaan dan persiapan bakti sosial tersebut.
Tip-tip melaksanakan Brain Storming :

Kumpulkan ide sebanyak mungkin
Ide itu seperti bibit. Tidak semuanya akan hidup dan bertumbuh. Jadi Anda perlu menanamnya sebanyak mungkin.
Kumpulkan ide-ide yang berbeda
Seringkali hambatan ke arah pemecahan kreatif adalah pikiran sempit yang terpusat dalam satu kerangka pikir. Mereka yang menggabungkan beberapa kerangka pikir dan membuat hubungan-hubungan antara kerangka-kerangka pikir itu akan lebih mampu membuat terobosan kreatif.
Tetap santai
Ide lebih banyak dihasilkan orang pada saat mereka gembira. Mereka merasa bebas untuk mengatakan sesuatu atau memutar-mutar ide orang lain
Jangan menilai
Kita biasanya menganggap penilaian sebagai kritik negatif. Dan kita semua pernah mengalami bahwa ide kita dihancurkan sebelum sempat dikembangkan.
Tulis semuanya
Tulis sehingga setiap peserta dapat melihat setiap ide. Dengan cara ini, peserta dengan mudah dapat menambahkan dan mengubah ide-ide yang sudah tertulis di sana.
Jadilah orang nakal
Pergilah mencari ide-ide aneh. Seringkali ide terbaik muncul dari ide paling aneh. Tujuan dari pertemuan kelompok adalah mengumpulkan ide sebanyak mungkin. Anda akan mempunyai banyak waktu untuk menyortir dan menilainya kemudian.
Menilai
Mintalah para peserta memilih tiga ide terbaik (menurut mereka masing-masing) yang tertera. Dengan sangat cepat Anda akan mendapatkan ide-ide yang paling popular.


Senin, 05 April 2010

“PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SEKOLAH DASAR”

Oleh: Heru Subrata
Ringkasan:
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tidak dapat dipungkiri bahwa model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang dikembangkan dan diterapkan oleh guru di sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran yang masih dilakukan secara klasikal dengan model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris menyebabkan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia di segala
fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas maka kiranya perlu diterapkan suatu metode belajar yang menjadikan siswa aktif dan menyenangkan sehingga prestasi belajarnya meningkat maka dari itu diadakan penelitian tentang bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dan apakah melalui pembelajaran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI sekolah dasar.
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Pada hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar.
Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar?
2. Apakah keuntungan dan kelemahan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penulisan
Melalui penulisan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana proses belajar mengajar Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan di kelas VI Sekolah Dasar.
2. Mengetahui keuntungan dan kelemahan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VI Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis atau mahasiswa PGSD, dapat dijadikan sebagai salah satu modal pembelajaran yang nantinya dapat diterapkan pada saat terjun langsung di masyarakat.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berpikir secara optimal dalam metode kooperatif agar siswa tidak jenuh dan bosan.
E. Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka :
1. Penelitian ini hanya membatasi pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan mendengarkan berita.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.
Menurut Bannet (1991), cooperative learning adalah kerja kelompok, tetapi tidak semua kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :
1. Ketergantungan yang positif
2. Akuntabilitas individual
3. Interaksi tatap muka
4. Ketrampilan sosial
5. Prosesing
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan. Malahan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode pembelajaran kooperatif adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
d. Komunikasi antar anggota
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam tergantung pada tingkat pendidikan siswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
a. Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
b. Bertukar Pasangan
c. Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think – Pair – Share) dan Spencer Kagan Think – Pair – Square).
d. Berkirim Salam dan Soal
e. Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
f. Kepala Bernomor Terstruktur
g. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
h. Keliling Kelas
i. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
j. Tari Bambu
k. Jigsaw, dikembangkan oleh Aronsol et al.
l. Bercerita Berpasangan
Menurut Savage (1996:222) dalam pembelajaran kooperatif diperlukan keputusan dari guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
b. Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
c. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
d. Memantau kerja siswa dalam kelompok.
e. Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok.
f. Evaluasi serta memberikan saran-saran.
Dalam metode pembelajaran kooperatif siswa juga bisa belajar dari sesama teman. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Tentu saja, keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Ukuran ruang kelas
b. Jumlah siswa
c. Tingkat kedewasaan siswa
d. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
e. Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
f. Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong
g. Pengalaman siswa dalam melaksanakan pembelajaran gotong royong.
Seperti telah diungkapkan, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sama dengan model pembelajaran kooperatif. Pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif yaitu pengelompokkan, semangat kooperatif, dan penetaan ruang kelas.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
3. Siswa dipasangkan.
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5. Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
6. Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
7. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9. Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
10. Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Penulisan karya ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau apa adanya (naturalistik), tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan dengan maksud untuk menemukan kebenaran dibalik data yang objektif dan cukup. Penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada nalisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
Data atau informasi yang diajring penelitian kualitatif dapat terbentuk gejala yang sedang berlangsung, reproduksi ingatan, pendapat yang bersifat teoritis atau praktis dan lain-lainnya. Data tersebut baik berupa kata atau tindakan, oleh karena itu analisis isi lebih penting.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumenter. Istilah dokumenter atau dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Alat pengumpul datanya disebut form dokumen atau form pencatatan dokumen. Sedangkan sumber datanya berupa catatan atau dokumen. Metode dokumenter dengan demikian berarti upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda tertulis tersebut dapat berupa catatan resmi seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan lain-lainnya, atau catatan tidak resmi, berupa catatan ekspresif seperti catatan harian, bibliografi dan lain sebagainya.
Analisis data kualitatif menurut Lexy J. Moleong (1994:196) sebagai berikut:
a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.
b. Reduksi data.
c. Menyusun data hasil reduksi ke dalam satuan-satuan.
d. Melakukan kategorisasi terhadap satuan-satuan data sambil membuat kodig.
e. Uji keabsahan data.
f. Penafsiran data dalam mengubah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
g. Penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil analisis buku-buku yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar, penulis dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai.
Di bawah ini adalah contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : VI / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Kompetensi Dasar : 2.1. Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik dan benar
Indikator : 1. Mencatat pokok-pokok isi berita televisi atau radio yang didengarkan.
2. Menuliskan pokok-pokok isi berita ke dalam satu kalimat atau lebih.
3. Menyampaikan hasil karangan yang berasal dari perbandingan catatan sendiri dengan catatan teman satu kelompok.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Siswa dapat mencatat pokok-pokok isi berita televisi atau radio yang didengarkan.
• Siswa dapat menuliskan pokok-pokok isi berita ke dalam satu kalimat atau lebih.
• Siswa dapat menanggapi dan menyimpulkan isi berita yang didengar.
• Siswa dapat menyampaikan hasil karangan mereka.
II. MATERI POKOK
Berita televisi atau radio
III. METODE PEMBELAJARAN
• Metode pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal
 Menciptakan lingkungan : salam pembuka dan berdo’a
 Tanya jawab mengenai berita
 Mengulang sepintas materi yang lalu yang berhubungan dengan materi hari ini.
B. Kegiatan Inti
 Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2 orang siswa (berpasangan).
 Sebelum memberikan tugas kepada siswa, guru menjelaskan materi dan langkah pengerjaan tugas.
 Guru membagi berita menjadi 2 bagian.
 Siswa pertama pada tiap kelompok mendengarkan berita bagian pertama, siswa kedua mendengarkan berita bagian kedua.
 Siswa mendengarkan bagian berita mereka masing-masing kemudian menuliskan pokok-pokok isi berita mereka.
 Setelah selesai mendengarkan siswa saling menukar pokok-pokok isi berita dengan pasangan masing-masing.
 Kemudian siswa yang telah mendengarkan bagian pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang mendengarkan bagian kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya berdasarkan pokok-pokok isi berita yang berasal dari pasangannya.
 Setelah selesai membuat karangan, guru meminta sebagian siswa membacakan hasil karangan mereka.
 Guru membagikan bagian berita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
C. Kegiatan Akhir
 Setiap pasangan berdiskusi dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas tentang berita yang dikerjakan tadi.
 Guru membuat kesimpulan dari kegiatan pada pertemuan inti.
 Guru melakukan tes dengan memberi pertanyaan lisan kepada siswa.
 Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk menuliskan pokok-pokok berita televisi.
V. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
• Naskah berita radio atau televisi
• Buku paket Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar
• KTSP
• Cinta Bahasa Kita 6, Ganeca Exact, 2004.
VI. PENILAIAN
• Tes lisan : Tanya jawab
• Penilaian proses : Dilakukan melalui pengamatan saat peserta didik melakukan kegiatan.
• Tes perbuatan : Diskusi
Surabaya, Juni 2007
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Keuntungan dan kelemahan strategi belajar mengajar menggunakan teknik kerja kelompok antara lain :
Keuntungan :
a. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
b. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
c. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
d. Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain; hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
e. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
Kelemahan :
a. Menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
b. Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis data yang diperoleh dari analisis dokumen, penulis sudah dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI Sekolah Dasar. Pengajaran yang dilakukan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan seperti itu memberikan kesempatn kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat, serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Dengan demikian peran guru di dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih bersifat sebagai penggerak atau pembimbing siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri akan lebih melekat lebih lama di pikiran dan menjadikan prestasi belajar siswa meningkatkan. Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran siswa akan dihargai, sehingga siswa merasa semakin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Di samping itu situasi kelas menjadi menyenangkan dan bersahabat.
Penerapan pembelajaran kooperatif ini tergolong masih relatif baru dan belum banyak diterapkan di kelas-kelas. Oleh karena itu dalam menerapkan pembelajaran kooperatif ini menemukan berbagai kendala di antaranya yaitu kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki tipe bercerita berpasangan. Siswa-siswa sebagian besar masih belum mengerti dan banyak bertanya tentang apa yang harus dilakukan, sehingga banyak menyita waktu dan perhatian guru. Di samping itu guru juga harus mengatur tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
Untuk mengatasi kendala tersebut yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pengertian dan penjelasan berulang mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa agar sesuai dengan prosedur yang diinginkan. Karena yang dihadapi adalah anak usia SD maka guru sebaiknya menggunakan langkah pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.
Kemudian untuk masalah tempat duduk siswa, guru dapat mengatur penetaan bangku yang berbeda-beda misalnya dengan meja tapal kuda, meja panjang, penataan tapal kuda, meja laboratorium, meja kelompok, klasikal, bangku individu dengan meja tulisnya, meja berbaris.
Pengalaman guru dan siswa pada pembelajaran kooperatif juga turut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif atau kerja sama antar kelompok yang anggota kelompok saling membantu antar teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut, sehingga di dalam kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif, siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang lemah.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Di samping itu pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki kendala di antaranya kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki. Dan juga terdapat kelemahan pada teknik belajar kelompok misalnya mengatur penataan bangku yang berbeda-beda dan model/gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil pembahsan, maka dapat dikemukan saran-saran yang kiranya berguna dalam proses pembelajaran :
a. Mengingat metode pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar, maka hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran ini di kelas sebagai selingan metode-metode belajar yang sudah ada.
b. Pembelajaran ini hendaknya diterapkan secara kontinu baik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
Rostiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta Bahasa Kita 6. Jakarta : Ganeca Exact.

Inspirasi : Pendidikan untuk anak-anak

Ini saya posting tulisannya Dorothy L. Nolte tentang pendidikan untuk anak-anak.
Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi anda semua :
Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.
Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.

Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.
Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.

JADILAH GURU YANG BAIK (Tujuh Hukum Mengajar)

John  Milthon  Gregory  merupakan  penulis  buku  yang  terkenal  tentang Tujuh  Hukum  Mengajar.  Inilah  beberapa  petunjuk  yang  perlu  dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.
  1. Persiapkan   bahan   pelajaran   dengan   mempelajarinya   berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
  2. Carilah   urutan   yang   logis   dari   tiap   bagian   dalam   pelajaran   yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat daripengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai  terwujud  suatu  pengertian  yang  dapat  saudara  uraikan  dengan kata-kata sendiri.
  3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
  4. Carilah  hubungan  antara  apa  yang  diajarkan  dan  kehidupan  sehari-hari siswa.  Hubungan-hubungan  inilah  yang  akan  menentukan  nilai  praktis penerapan dari pelajaran itu.
  5. Gunakan  sebanyak  mungkin  sumber  referensi  berupa  buku-buku  atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
  6. Harap  diingat  bahwa  lebih  baik  mengerti  sedikit,  tetapi  benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
  7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri  di  depan  kelas.  Dengan  persiapan  matang,  kita  akan  semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.
Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar

8 keterampilan mengajar

Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.